1. 500 mL air 2. 2 mL pewarna makanan warna merah 3. 1 sendok makan tepung terigu 4. 1 buah pengaduk 5. 2 buah gelas kimia ukuran 500 mL 6. 1 buah corong 7. 2 buah kertas saring
Cara Kerja :
1. Sediakan 500 mL air lalu campurkan 5 tetes pewarna makanan ke dalam gelas kimia 2. Sediakan 1 sendok tepung terigu 3. Susunlah alat mulai dari corong yang telah diberi kertas saring di atas gelas kimia 4. Tuangkan secara hati hati sebagian campuran yang telah dibuat, diatas kertas saring 5. Amatilah hasil penyaringan yang terbentuk, dibandingkan dengan larutan yang belum disaringApa yang perlu kamu diskusikan?
1. Bagaimana perbedaan air dari larutan hasil penyaringan dan bahan awal sebelum di saring? Jawab : Air larutan hasil dari penyaringan lebih jernih dari pada bahan awal sebelum disaring 2. Apa yang menyabbabkan berbeda ? Jawab : Air sebelum disaring terdapat banyak tepung , sedangkan setelah disaring air tersebut lebih jernih 3. Bila rangkaian percobaan pada gambar 9.4 diumpamakan sebagai badan Malpighi , maka : a. Corong dan kertas saring diumpamakan sebagai bagian apakah pada badan Malpighi ? Jawab : Glomerulus b. Gelas kimia diumpamakan sebagai bagian apakan pada badan Malpighi? Jawab : Kapsula bowman
Kesimpulan :
Pada praktikum tadi dapat dilihat bagaimana cara kerja glomerulus dalam menyaring darah.
1. Apakah tubuh kita mengeluarkan zat sisa? Coba identifikasilah zat sisa yang di keluarkan oleh tubuhmu! 2. Mengapa zat sisa yang ada di dalam tubuhmu harus dikeluarkan? 3.Bagaimana dampaknya jika zat sisa dalam tubuhmu tidak dikeluarkan?
Ginjal adalah organ yang penting peranannya di dalam tubuh sebagai penyaring zat sisa metabolisme tubuh. Zat sisa metabolisme itu nantinya akan dibuang melalui urine sehingga darah bisa menjadi darah yang sehat saat disalurkan ke seluruh anggota tubuh. Namun rupanya ada Macam Macam Penyakit Ginjal yang perlu diwaspadai, karena bisa mengakibatkan tubuh kehilangan fungsi tersebut. Salah satunya adalah kondisi atau penyakit albuminuria.
ads
Albuminuria itu sendiri pada dasarnya merupakan sebuah kondisi di mana air seni atau urine memiliki kandungan protein albumin yang berlebihan. Albumin itu sendiri merupakan protein utama pada darah. Maka dari itu penyakit albuminuria sering juga disebut dengan istilah proteinuria.
Protein adalah senyawa kompleks yang terdapat pada seluruh bagian dari tubuh, termasuk kuku, tulang, otot, rambut, bahkan sistem imun juga terbentuk dari protein. Protein juga ada pada darah yang mengalir di dalam tubuh. Fungsinya adalah untuk membantu membekukan darah, membantu melawan infeksi yang ada, dan juga membantu menjaga keseimbangan cairan pada tubuh.
Hepar (hati) adalah kelenjar terbesar dalam tubuh dengan berat sekitar 1300-1550 gram dan berwarna merah cokelat, mempunyai banyak pembuluh darah serta lunak. Hepar berbentuk baji dengan permukaan dasarnya pada sisi kanan dan puncaknya pada sisi kiri tubuh, terletak di kuadran kanan atas abdomen (hipokondria kanan). Permukaan atasnya berbatasan dengan diafragma dan batas bawahnya mengikuti pinggiran kosta kanan.
Paru-paru (pulmo) adalah merupakan organ yang bertanggung jawab untuk proses respirasi yang terdiri dari pulmo dekstra (paru kanan) dan pulmo sinistra (paru kiri). Paru-paru sangat penting bagi tubuh manusia, sebab salah satu fungsi paru-paru adalah memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida ketika tubuh menghirup udara.
B. STRUKTUR PARU - PARU
Paru merupakan salah satu organ pada saluran napas bawah pada system pernapasan manusia. Sebelum kita membahas secara detil tentang paru, berikut organ lain yang termasuk dalam saluran napas bawah yang nantinya berhubungan dengan paru.
Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total. Pada permukaan luar kulit terdapat pori – pori (rongga) yang menjadi tempat keluarnya keringat. Kulit adalah organ yang memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah sebagai pelindung tubuh dari berbagai hal yang dapat membahayakan, sebagai alat indra peraba, sebagai salah satu organ yang berperan dalam eksresi, pengatur suhu tubuh, dll. Secara umum kulit memiliki 2 lapisan yaitu Epidermis (Kulit ari) dan Dermis (Kulit Jangat) serta terdapat lapisan lemak bawah kulit (Hipodermis) yang juga sering dibahas. Beberapa sumber juga mengatakan bahwa lapisan lemak bawah kulit juga termasuk ke dalam lapisan kulit, tidak dipisahkan dalam pengelompokkan lapisan kulit tersebut.
Mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh, antara lain : urea, asam urat, amoniak, creatinin, garam anorganik, bacteri dan juga obat-obatan.
Mengekskresikan gula kelebihan gula dalam darah
Membantu keseimbangan air dalam tubuh, yaitu mem-pertahankan tekanan osmotik ektraseluler
Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseim-bangan asam basa darah.
Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.
Penyaringan darah, ada 3 proses penyaringan darah pada ginjal yaitu:
Biang keringat atau miliaria adalah ruam kecil berwarna merah dan menonjol yang terasa gatal, serta bisa menyebabkan sensasi menyengat atau perih pada bagian kulit. Kelainan yang juga dikenal dengan nama ruam panas ini tidak hanya terjadi pada bayi, namun orang dewasa juga bisa mengalaminya ketika cuaca sedang panas atau pada lingkungan yang bersuhu lembap.
Biang keringat biasanya muncul beberapa hari setelah seseorang terkena pajanan suhu panas. Kondisi ini bisa muncul di seluruh bagian tubuh, tapi sering kali muncul pada bagian wajah, leher, punggung, dada, dan bagian paha.
Gejala dan Jenis Biang Keringat
Lokasi munculnya ruam pada orang dewasa dan bayi umumnya berbeda. Pada bayi, biang keringat biasanya muncul pada bagian leher, dan terkadang pada bagian ketiak, lipatan siku, dan selangkangan. Pada orang dewasa, biang keringat akan muncul pada lipatan kulit yang bergesekan dengan pakaian.
Terdapat beberapa jenis biang keringat menurut tingkat keparahannya. Tanda dan gejala yang muncul juga bervariasi pada setiap jenisnya. Berikut ini adalah jenis-jenis yang diketahui:
Miliaria kristalina. Ini adalah jenis biang keringat yang paling ringan dan hanya memengaruhi saluran keringat dari lapisan kulit teratas. Kondisi ini bisa ditandai dengan kemunculan bintil-bintil berisi cairan berwarna jernih yang mudah pecah. Miliaria kristalina lebih cenderung terjadi pada bayi dibandingkan orang dewasa. Biang keringat jenis ini biasanya tidak gatal dan tidak terasa sakit.
Miliaria rubra. Biang keringat jenis ini muncul di lapisan kulit yang lebih dalam dan biasanya terjadi pada daerah bersuhu panas atau lembap. Gejala dari kondisi ini adalah berupa sensasi gatal dan menyengat disertai munculnya bintil merah. Kulit akan mengalami peradangan dan terasa sakit akibat dari keringat yang tidak bisa keluar dari permukaan kulit.
Miliaria pustulosa. Ini adalah perkembangan dari miliaria rubra di mana bintil mengalami peradangan dan berisi nanah.
Miliaria profunda. Ini adalah jenis biang keringat yang paling jarang terjadi, dan berdampak pada dermis atau lapisan kulit yang lebih dalam. Biang keringat jenis ini bisa bersifat kronis dan sering kambuh. Kondisi ini lebih cenderung terjadi pada orang dewasa setelah melakukan aktivitas fisik yang menghasilkan banyak keringat. Tanda-tanda yang terlihat dari miliaria profunda adalah bintil berwarna merah yang berukuran lebih besar dan lebih keras.
Biang keringat umumnya bukan merupakan kondisi yang membutuhkan penanganan secara khusus. Kondisi ini biasanya dapat pulih dengan sendirinya dengan mendinginkan kulit serta menghindari pajanan panas. Meski demikian, segera temui dokter jika ruam terlihat makin parah, gejala yang muncul bertahan cukup lama, atau Anda melihat adanya tanda-tanda infeksi, seperti:
Biang keringat disebabkan oleh keringat yang terjebak di balik kulit dan tidak bisa menguap akibat kelenjar keringat tubuh yang terhambat. Sebagai akibatnya, kulit mengalami peradangan dan timbul ruam. Berikut ini adalah beberapa faktor yang bisa menghambat kelenjar keringat di dalam tubuh :
Iklim tropis. Kemunculan biang keringat bisa disebabkan oleh cuaca atau suhu lingkungan yang panas dan lembap.
Kepanasan, misalnya karena menggunakan pakaian yang terlalu tebal atau tidur dengan selimut yang berlebihan.
Aktivitas fisik tertentu. Olahraga atau pekerjaan yang memerlukan aktivitas fisik yang berat hingga menyebabkan keluarnya banyak keringat juga bisa menyebabkan terjadinya biang keringat.
Kelenjar keringat belum berkembang. Kasus biang keringat lebih mudah terjadi pada bayi, terutama pada bayi yang sedang dihangatkan dengan inkubator, memakai pakaian yang panas, atau mengalami demam. Bayi belum memiliki kelenjar keringat yang sudah berkembang sepenuhnya dan terkadang dapat membuat keringat tertahan di balik kulit.
Tirah baring (bed rest) terlalu lama. Risiko mengalami biang keringat juga tinggi pada pasien yang diwajibkan untuk beristirahat di ranjang untuk waktu yang cukup lama.
Diagnosis dan Pengobatan Biang Keringat
Biang keringat dapat dikenali dari penampakan ruam merah pada lapisan kulit. Seperti yang telah disebutkan di atas, kondisi ini umumnya tidak membutuhkan pertolongan medis. Meski biang keringat bukan kondisi yang serius, tidak ada salahnya untuk diatasi sesegera mungkin. Kondisi ini bisa ditangani sendiri di rumah dengan langkah-langkah sederhana, seperti berikut ini:
Menghindari panas berlebih dan tempat yang Pajanan terhadap panas akan membuat Anda lebih banyak berkeringat dan membuat ruam makin parah. Dianjurkan untuk lebih sering berteduh atau mencari tempat dingin untuk menghindari panas. Selain itu, minumlah banyak cairan agar terhindar dari dehidrasi.
Menjaga kulit tetap dingin. Untuk menurunkan keringat dan menjaga kulit tetap dingin, berendam atau mandi bisa membantu menjadikan tubuh terasa sejuk dan menghindari keringat berlebih.
Memakai pakaian longgar. Hindari menggunakan pakaian yang terbuat dari serat sintetis, seperti polyester atau Bahan-bahan ini lebih menyerap panas dan membuat Anda makin banyak berkeringat.
Mengonsumsi tablet Obat antihistamin berguna untuk meredakan gatal-gatal pada kulit. Meski demikian, pastikan untuk menanyakan kepada dokter terlebih dahulu apakah obat ini cocok dengan kondisi kesehatan Anda.
Menggunakan krim hidrokortison. Krim ini sangat efektif untuk mengatasi bagian kulit yang mengalami gatal-gatal dan iritasi. Tapi jangan gunakan pada bagian wajah dan selalu ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan
Memakai losion calamine. Losion ini bisa membantu meredakan kulit yang gatal, perih atau mengalami iritasi.
Jika langkah-langkah pengobatan di atas tidak membuahkan hasil, atau setelah 3-4 hari ruam merah tidak menghilang bahkan bertambah parah, segeralah berkonsultasi dengan dokter.
Pencegahan Biang Keringat
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah biang keringat, yaitu:
Usahakan agar tubuh tidak kepanasan, khususnya pada musim panas.
Gunakan sabun yang tidak membuat kulit menjadi kering dan tidak mengandung parfum.
Jangan gunakan losion atau krim yang dapat menyumbat pori-pori kulit.
Hindari mengenakan pakaian ketat yang dapat menyebabkan kulit sulit bernapas.
Jerawat adalah masalah kulit yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik pada beberapa bagian tubuh, seperti wajah, leher, punggung, dan dada. Bintik-bintik tersebut dapat berkisar mulai dari yang ringan, seperti komedo hitam dan komedo putih, hingga bintik-bintik parah yang berisi nanah dan kista. Biasanya bintik-bintik yang tergolong parah tersebut akan meninggalkan bekas luka.
Selain ditandai dengan gejala-gejala seperti kulit berminyak dan munculnya bintik-bintik, kadang-kadang jerawat juga menyebabkan kulit terasa panas dan sakit saat disentuh. Ada beberapa bagian pada tubuh yang biasa ditumbuhi jerawat dan yang paling umum adalah wajah. Jerawat merupakan kondisi yang umum, artinya sebagian besar orang pernah mengalaminya.
Sebagian besar kasus jerawat terjadi pada seseorang yang berusia di bawah 28 tahun. Terutama bagi remaja, mereka sangat rentan terkena jerawat pada usia 14-19 tahun.
Meskipun jerawat dapat menghilang dengan sendirinya seiring pertumbuhan usia, namun pada sebagian kasus, masih ada yang mengalami masalah jerawat di pertengahan usia 20-an. Wanita usia 20-an tahun lima kali lebih berisiko mengalami hal tersebut dibandingkan pria usia 20-an tahun.
Faktor-faktor penyebab jerawat
Jerawat bisa muncul pada usia berapa pun, namun perubahan kadar hormon selama masa puber kerap dikaitkan dengan penyebab-penyebabnya. Perubahan hormon tersebut berdampak kepada kelenjar penghasil minyak atau sebum yang letaknya dekat dengan folikel rambut di kulit.
Peningkatan aktivitas kelenjar ini menyebabkan produksi sebum pada wajah juga bertambah. Jadi tumpukan sebum ini nantinya akan bergabung dengan kotoran dan sel kulit yang mati, kemudian menyumbat pori-pori.
Pada saat pori-pori tersumbat dan dengan banyaknya sebum pada permukaan kulit, bakteri yang disebut Propionobacterium acnesberkembang dengan cepat. Bakteri ini merupakan bakteri penyebab jerawat. Propionobacterium acnes melepaskan semacam zat iritan yang akan mengiritasi kulit. Efek dari iritasi inilah yang menyebabkan kulit memerah dan membengkak, disamping itu juga menyebabkan timbulnya nanah di balik kulit.
Lapisan dalam folikel rambut juga menebal akibat perubahan kadar hormon dan menyebabkan tersumbatnya pori-pori kulit. Penyumbatan pori-pori ini tidak akan hilang, meski kulit telah dibersihkan.
Selain pada masa puber, jerawat juga bisa dialami para wanita akibat perubahan hormon yang terjadi selama siklus menstruasi dan masa kehamilan. Jerawat juga diketahui sebagai faktor keturunan. Kemungkinan besar seseorang akan memiliki jerawat jika kedua orang tua berjerawat juga.
Hingga kini belum ada bukti bahwa jerawat disebabkan oleh aktivitas seksual, makanan, atau buruknya kebersihan.
Diagnosis jerawat
Dokter biasanya mampu mendiagnosis jerawat hanya dengan melihat kulit penderita secara langsung. Melalui pemeriksaan, dokter dapat menentukan jenis jerawat yang tumbuh serta mengukur tingkat keparahannya (tingkat peradangan dan jumlah jerawat). Setelah diagnosis dilakukan, barulah rencana penanganan bisa dibuat.
Tindakan yang tepat dilakukan jika memiliki jerawat
Penting untuk menjaga kebersihan kulit di area yang berjerawat, meski itu tidak akan mencegah munculnya jerawat baru. Basuh area tersebut dua kali sehari dengan menggunakan pembersih atau sabun wajah. Agar tidak mengalami iritasi, jangan menggosok kulit terlalu keras.
Kini sebagian besar produk pelembap telah melalui tahap pengujian agar tidak menimbulkan komedo atau jerawat. Gunakan pelembap jika kulit Anda kering dan hindari memakai produk kecantikan yang dapat menyumbat pori-pori kulit.
Meski jerawat tidak bisa disembuhkan, namun masih bisa dikendalikan melalui pengobatan. Obat-obatan berbentuk gel, pelembap, dan krim kini sudah banyak tersedia di apotek. Jika memiliki jerawat, ada baiknya untuk berkonsultasi dengan dokter, terutama jika penggunaan obat yang dijual bebas di pasaran tidak membuahkan hasil atau bahkan justru menimbulkan efek samping seperti:
Pembengkakan pada wajah, mata, bibir, atau lidah.
Radang tenggorokan dan sesak napas.
Pingsan.
Umumnya dokter menyarankan penggunaan produk yang mengandung konsentrat benzoil peroksida rendah. Namun berhati-hatilah dalam menggunakannya karena pada bidang industri, konsentrat tersebut juga digunakan sebagai bahan pemutih pakaian.
Anda mungkin membutuhkan antibiotik atau krim yang lebih kuat jika jerawat Anda tergolong parah dan timbul pada sejumlah bagian tubuh, seperti dada dan punggung. Ingatlah bahwa penggunaan obat tersebut tetap harus melalui resep dokter.
Komplikasi jerawat
Tanyakan kepada dokter jika pertumbuhan jerawat makin parah. Jika jerawat parah tidak segera ditangani, dikhawatirkan bisa menimbulkan komplikasi berupa bekas luka. Selain itu, disarankan untuk menemui dokter jika obat yang digunakan tidak bisa mengendalikan pertumbuhan jerawat sehingga menjadikan Anda tidak percaya diri serta depresi.
Pengobatan jerawat membutuhkan kesabaran. Tidak disarankan untuk memencet jerawat karena akan meninggalkan bekas luka permanen. Biasanya pengobatan akan menunjukkan hasil optimal dalam tiga bulan.
Kanker ginjal adalah suatu jenis kanker yang menyerang ginjal. Ginjal adalah organ di dalam tubuh yang berfungsi menyaring kotoran dari darah dan mengubahnya menjadi urine. Manusia memiliki dua buah ginjal yang terletak di kedua sisi pinggang di bawah tulang rusuk. Kanker biasanya menyerang salah satu ginjal saja.
Kanker ginjal sebagian besar diderita oleh orang-orang yang telah berusia 50 tahun ke atas. Pada stadium awal biasanya tidak ada gejala yang dirasakan. Pada stadium lanjut, seseorang yang menderita penyakit ini dapat merasakan nyeri dan pembengkakan di sekitar area pinggang. Selain itu, gejala kanker ginjal bisa berupa:
Berubahnya warna urine menjadi kemerahan atau kecokelatan karena telah bercampur dengan darah.
Penurunan berat badan.
Kekurangan darah atau anemia.
Badan terasa lelah.
Nafsu makan berkurang.
Keluar keringat di malam hari.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Pembengkakan pembuluh darah di sekitar testis (jika kanker ginjal diderita oleh pria).
Demam tinggi.
Tingkat keparahan kanker ginjal secara umum ditandai dengan sistem TNM. Huruf T mengindikasikan seberapa besar jaringan kanker (tumor) telah tumbuh, di antaranya:
T1a (apabila diameter tumor masih kurang dari 4 cm).
T1b (apabila diameter tumor telah mencapai ukuran 4 sampai 7 cm).
T2 (apabila diameter tumor sudah lebih dari 7 cm namun belum menyebar keluar ginjal).
T3a (apabila tumor telah menjalar ke lapisan lemak di sekeliling ginjal atau telah menjalar ke kelenjar adrenal).
T3b (apabila tumor telah menjalar ke dalam pembuluh balik ginjal atau ke pembuluh balik utama/vena cava).
T3c (apabila penyebaran tumor telah melewati diafragma).
T4 (apabila penyebaran tumor telah melewati lapisan jaringan keras yang melindungi ginjal).
Sedangkan huruf N menandakan apakah kanker telah menyebar ke nodus limfa di dekat ginjal, di antaranya:
N0 (belum adanya sel kanker di dalam nodus limfa).
N1 (sel kanker sudah ada dalam satu nodus limfa).
N2 (sel kanker sudah ada dalam dua atau lebih nodus limfa).
Dan huruf terakhir, yaitu huruf M, menandakan apakah sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Berikut ini pembagiannya:
M0 (menandakan bahwa sel kanker belum menyebar ke bagian tubuh lainnya).
M1 (menandakan bahwa kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya).
Penyebab Kanker Ginjal
Kanker terjadi ketika sel-sel di dalam tubuh manusia tumbuh secara tidak terkendali. Pada kasus kanker ginjal, penyebabnya belum diketahui. Meskipun belum diketahui, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker ginjal, di antaranya:
Kelebihan berat badan atau obesitas.
Memiliki anggota keluarga penderita kanker ginjal.
Merokok.
Penyakit hipertensi.
Selain faktor-faktor tersebut, kanker ginjal juga disinyalir bisa terjadi akibat efek samping pengobatan dialisis pada kasus gagal ginjal dan efek samping konsumsi obat pereda rasa sakit (misalnya obat-obatan golongan antiinflamasi nonsteroid), meskipun risiko ini sangat kecil.
Diagnosis Kanker Ginjal
Jika Anda merasakan gejala-gejala kanker ginjal, seperti nyeri terus-menerus di daerah pinggang dan kencing disertai darah, segera temui dokter untuk dilakukan pemeriksaan.
Dokter kemungkinan akan melakukan pengecekan darah dan urine terlebih dahulu untuk memastikan kondisi ginjal yang dialami oleh pasien. Artinya gejala yang dirasakan pasien belum tentu akibat kanker dan mungkin saja akibat batu ginjal atau infeksi ginjal lainnya.
Sama halnya seperti pemeriksaan sistoskopi, metode ini mungkin akan dilakukan jika dokter mencurigai darah dalam urine karena adanya masalah pada kandung kemih.
Jika ternyata penyebab gejala bukan karena infeksi, penyakit batu ginjal, atau kondisi-kondisi lainnya, maka dokter dapat melakukan pemeriksaan lanjutan guna mendeteksi adanya kanker ginjal, seperti:
USG
Biopsi
CT scan dan MRI scan
Pemeriksaan X-ray
Pengobatan Kanker Ginjal
Metode penanganan kanker ginjal yang utama adalah melalui operasi. Ada dua macam operasi, pertama adalah nefrektomi. Melalui prosedur ini, dokter akan berusaha menghilangkan sel-sel kanker dengan mengangkat sejumlah bagian dari ginjal atau bahkan seluruhnya, tergantung dari besarnya diameter tumor.
Apabila diameter tumor masih kurang dari 4 cm, maka beberapa bagian dari ginjal yang terkena kanker akan dipotong oleh dokter. Sebaliknya, jika diameter tumor sudah lebih dari 4 cm, maka ginjal tersebut harus diangkat dan selanjutnya pasien akan hidup dengan satu ginjal.
Jenis penanganan yang lain adalah embolisasi. Prosedur ini dilakukan dengan cara menyuntikkan zat khusus ke dalam vena ginjal guna menghambat aliran darah. Dengan terputusnya pasokan nutrisi atau oksigen ke dalam ginjal, maka lambat laun tumor akan menyusut.
Selain itu, saat ini berbagai obat-obatan sedang dikembangkan untuk mengobati kanker ginjal, seperti:
Sunitinib. Obat ini bekerja dengan cara menghambat protein kinase (enzim yang membantu pertumbuhan sel kanker) sehingga perkembangan kanker dapat dihentikan.
Sorafenib dan pazopanib. Selain bekerja seperti sunitinib, yaitu menghambat enzim tirosin kinase, kedua obat ini juga mampu mencegah sel kanker menumbuhkan pembuluh darah.
Axitinib. Obat ini biasanya dijadikan alternatif oleh dokter apabila pemberian sunitinib atau pazopanib tidak efektif. Obat ini belum masuk ke Indonesia.
Temsirolimus dan everolimus. Kedua obat ini bekerja dengan cara menghambat atau mengganggu fungsi protein MTOR yang terdapat di dalam sel-sel kanker, sehingga jumlah sel kanker tidak makin banyak.
Selain penggunaan obat-obatan, cara-cara penanganan dalam kasus kanker ginjal juga meliputi:
Radioterapi. Meskipun prosedur yang menggunakan radiasi dari energi radioaktif ini tidak bisa mengobati kanker sepenuhnya, radioterapi mampu mengurangi nyeri yang dirasakan pasien dan dapat memperlambat perkembangan kanker.
Ablasi radiofrekuensi. Metode ini sering kali diterapkan dokter apabila tingkat keparahan kanker ginjal masih rendah (tahap awal). Di lain sisi, langkah ini ditempuh karena kondisi pasien tidak memungkinkan untuk dioperasi atau posisi kanker terlalu dekat dengan usus. Dalam metode ini, sel-sel kanker akan dimusnahkan oleh panas yang dihasilkan dari gelombang radio.
Krioterapi. Hampir sama seperti ablasi radiofrekuensi, krioterapi dilakukan jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk dioperasi, misalnya karena kurang fit atau ukuran tumor masih kecil. Pada metode ini, sel-sel kanker dibunuh dengan cara dibekukan.
Pencegahan Kanker Ginjal
Kita dapat meminimalkan risiko terkena kanker ginjal dengan cara menerapkan pola hidup sehat, seperti:
Berhenti merokok atau menghindari asap rokok.
Mengonsumsi makanan yang kaya akan serat, seperti biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan, serta mengonsumsi makanan yang rendah lemak dan garam. Selain itu, perbanyak konsumsi ikan salmon, sarden, dan makarel karena kandungan vitamin D dalam minyak ikan dapat menurunkan risiko terkena kanker.
Lakukan olahraga secara rutin selama 2,5 jam dalam satu minggu, seperti aktivitas bersepeda, jalan cepat, berenang, atau lari.